Nyanyian pengantar tidur
Sekitar sebulan yang lalu, ada tayangan interaktive mengenai `balita` di TV yang mengulas tentang nyanyian sebelum tidur. Tayangan tersebut di pandu oleh presenter laki-laki kekar namun tidak `kemayu` dan mendatangkan pakar di bidangnya yaitu guru pengasuh tempat penitipan anak (play group) serta mengundang pasangan muda yang memiliki anak balita. Acara di mulai dengan pemaparan tentang tips-tips menyenandungkan lagu anak-anak untuk mengalihkan perhatian balita supaya tidak bermain dan kemudian di lanjutkan lagu-lagu yang membuat balita tertidur. Tayangan juga menyajikan cuplikan video mengenai kebiasaan `menyenandungkan lagu menjelang tidur` di beberapa wilayah di Jepang. Acara di akhiri dengan makan bersama dengan menu makanan balita.
Bagi saya yang menarik bukan terletak pada tampilan maupun penyajian acara. Namun pada kejelian mengangkat tema mengenai `secuil perilaku` di masyarakat menjadi tayangan mendidik. Kalau di tanya apakah perilaku menyenandungkan lagu sebelum tidur adalah lazim atau banyak di lakukan masyarakat Jepang ? Jawabnya, tidak. Bahkan bisa di katakan hampir-hampir di kota-kota besar di Jepang masyarakatnya tidak mengetahuinya. Nampak sekali, penghargaan peserta kepada penyaji yang terlihat dari banyaknya tanya jawab interaktif selama tayangan. Juga saat penyaji meminta perserta untuk mempraktek-kan teknik menyenandungkan lagu kepada putra-putrinya, bahkan ada balita menjadi tertidur saat praktek.
Kalau kita menyadari, perilaku menyenandungkan lagu kepada balita sewaktu akan tidur marak ditemui di masyarakat kita, dan bahkan mungkin sampai sekarang. Semoga `gerusan` peradaban modern tidak menghilangkan `secuil perilaku humanis` yang sudah berlangsung turun-temurun di masyarakat. Terus terang saya jadi teringat waktu kecil, saat mau tidur sambil di gendong eyang sambil di `rengeng-rengeng` (di senandungkan) lagu-lagu `macapat`. Kalau sudah begitu saya putar lelagon `Putro Nuswantoro`-nya mas Manthous.
bp